
StarNusantara JAKARTA,- Pemimpin Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah membuka peluang kembali menggempur Israel, usai serangan ratusan roket mereka pada Minggu (25/8).
Serangan tersebut juga berhasil memporak porandakan Israel Utara dan membuat Israel menetapkan status darurat selama 48 jam.
Israel juga menutup operasional bandara di Tel Aviv, ibu kota di negara itu.
Menurut Nasrallah, serangan 320 roket ke Israel tersebut sesuai rencana dan Hizbullah akan melakukan penilaian terhadap hasil operasi tersebut untuk menentukan langkah selanjutnya.
Dalam siaran televisi, dilansir dari English Al Arabiya, Nasrallah menekankan serangan Hizbullah merupakan balasan usai komandan senior Fuad Shokr tewas di Beirut pada Juli lalu.
Ia juga mengeklaim, serangan Hizbullah tak menargetkan warga sipil atau infrastruktur publik melainkan fasilitas militer Israel.
Imbas serangan itu Israel kemudian menutup operasional bandara di Tel Aviv dan menetapkan status darurat selama 48 jam.
Selain itu, Israel juga balik membalas serangan-serangan Hizbullah di hari yang sama.
Nasrallah juga menyebut serangan baru ke Israel diluncurkan karena beberapa alasan, salah satunya “mobilisasi” aset militer dari Amerika Serikat ke Lebanon selatan.
Kemudian, menunggu perkembangan negosiasi gencatan senjata Israel-Hamas. Hanya saja, pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu justru mengajukan syarat baru yang ditolak mentah-mentah oleh Hamas.
Hamas menuding, syarat dari Israel merusak kesepakatan dan Nasrallah juga menuding Israel menghancurkan negosiasi.
Hamas di perundingan terbaru itu juga meminta Israel mematuhi perjanjian yang sebelumnya diusulkan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden dan resolusi Dewan Keamanan PBB.
Penulis: Kurniati