Menjelajah Harran, Tempat Tinggal Nabi Ibrahim a.s (Bagian kedua Mengenal Kota Sanliurfa)

Bangunan unik dari tanah liat yang bisa ditemui di Kota Harran. (Foto: StarNusantara/Muhammad Al Bazzar)

StarNusantara TURKIYE,- Setelah puas menjelajahi Kota Sanliurfa dan beberapa objek wisata yang ada di kota itu, perjalanan saya di Turkiye yang akan saya ceritakan kali ini yaitu Harran.

Kota kecil ini berjarak sekira 35 kilometer dari Sanliurfa dan hanya 15 meter dari perbatasan Suriah.

Harran atau Harranu dalam bahasa Asiria berarti jalan atau jalur kafilah.

Sebagai lokasi yang berdekatan dengan perbatasan negara tetangga, Harran menjadi kota yang cukup sibuk.

Kota ini telah dihuni sejak tahun 600 Sebelum Masehi (SM). Sehingga, sangat memungkinkan jika Harran menjadi salah satu permukiman tertua di dunia.

Ia juga menjadi rute dagang utama yang menghubungkan kota-kota yang lebih besar di daerah Mesopotamia dan sekitarnya.

Karena itu, Harran kuno menjadi kota yang disinggahi dan dihuni masyarakat dengan berbagai latar belakang. Tak heran, Harran menjadi kota pusat budaya di masa lampau.

Selain itu, Harran juga menjadi saksi bangkit dan jatuhnya banyak imperium di masa lalu.

Bangunan Kuno Nan Unik

Kota Harran juga bisa disebut sebagai salah satu kota tertua di dunia. Bangunannya sangat kuno dan unik.

Saya dan Ismail, seorang teman lokal mengabadikan diri di depan bangunan unik di Kota Harran. (Foto: StarNusantara/Muhammad Al Bazzar)

Hampir semua strukturnya dibangun menggunakan tanah liat, bukan kayu, besi, beton dan semen seperti yang biasa dijumpai di bangunan modern pada umumnya.

Sehingga, pemandangan rumah-rumah kota berbentuk kerucut ke atas jamak dijumpai di sana.

Ornamen pendukung rumah pun semakin menunjukkan kalau kota kecil itu merupakan salah satu kota tertua di dunia.

Namun, seiring perkembangan zaman, rumah berbentuk kerucut itupun perlahan menghilang. Hanya tersisa beberapa di Harran.

Tak sebatas pemukiman, Harran juga dikenal sebagai kota yang melahirkan banyak ilmuan dan kaum terpelajar. Di sana merupakan tempat dibangunnya universitas Islam pertama. Banyak pelajar dari dalam maupun luar Turkiye yang bersekolah di Harran.

Kota Tempat Tinggal Nabi Ibrahim a.s

Bagi sebagian masyarakat Turkiye, Harran dipercaya sebagai salah satu kota tempat tinggal Nabi Ibrahim a.s.

Beberapa orang bahkan percaya kalau Harran adalah desa kelahiran Nabi Ibrahim a.s.

Hal itu diperkuat oleh cerita Ismail, teman lokal selama saya ada di Turkiye. Ismail mengajak saya berkeliling dan berbincang dengan warga di Harran.

Terlepas dari informasi yang berbeda dari penduduk lokal soal Harran dan Nabi Ibrahim a.s, saya menyaksikan sebuah peradaban yang menakjubkan di sana.

Saya selalu membayangkan kehidupan kota ini di masa lalu sangat terkenal dan berjaya.

Kehidupan masyarakat di Kota Harran, Turkiye. (Foto: StarNusantara/Muhammad Al Bazzar)

Ingatan saya seolah kembali ke masa lampau dan membayangkan bagaimana orang-orang pada masa itu beraktivitas dan membaur satu sama lain.

Bagaimana pula kehidupan kotanya hingga bagaimana orang-orang yang berada di dalamnya.

Selain bangunannya yang unik, kebaikan penduduk lokal dan getaran masa lampaunya yang masih membekas di ingatan saya.

Berada di Harran seolah membuat saya kembali ke masa lalu. Harran memberikan saya kenangan yang tak pernah saya lupakan.

Kota ini mengajarkan saya arti kata kesederhanaan. Harran juga berhasil menciptakan arti kata “cukup” yang saya terapkan hingga saat ini.

Anak-anak di Kota Harran. (Foto: StarNusantara/Muhammad Al Bazzar)

Kebiasaan Anak-anak Harran

Kenangan lain yang juga membekas di saya soal Harran yaitu anak-anak yang terbiasa meminta uang kepada wisatawan yang datang.

Perkiraan saya, hal itu baik untuk membantu perekonomian lokal, tapi dikhawatirkan berdampak buruk ada kunjungan wisata di sana.

Misalnya saja saat saya ingin mengabadikan momen bersama mereka. Mereka meminta uang terlebih dahulu kepada wisatawan, baru mereka mau difoto.

Saya (berbaju putih kiri) bermain bola bersama anak-anak di Harran. (Foto: StarNusantara/Muhammad Al Bazzar)

Saya lantas mencoba trik berbaur dengan warga lokal untuk mengalihkan kebiasaan anak-anak ini meminta uang kepada wisatawan.

Saya pun menawarkan diri bermain bola bersama mereka. Balasannya, mereka bisa saya foto dan untungnya mereka menyetujui usulan saya tersebut.

Trik berbaur dengan warga lokal ini selalu saya gunakan kemana pun saya bepergian, karena dimanapun berada, akan membuat banyak belajar tentang kehidupan dan menerima banyak sudut pandang baru. (Selesai)

Penulis: Muhammad Al Bazzar

Editor: Kurniati

Connect with Us

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *