
StarNusantara JAKARTA,- Sebanyak 320 prajurit petarung muda Korps Marinir yang terdiri dari Taruna Akademi Angkatan Laut (AAL) Tingkat II Angkatan LXXII akhirnya mencapai tonggak penting dalam perjalanan sejarah mereka, usai resmi memakai baret Ungu Korps Marinir yang berlangsung khidmat dan penuh kebanggaan di Pantai Baruna Kondang Iwak, Dusun Sumber Pucung, Desa Tulungrejo, Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang, Jawa Timur, baru-baru ini.
Upacara pembaretan dipimpin langsung Komandan Korps Marinir (Dankormar) Mayor Jenderal TNI (Mar) Dr. Endi Supardi.
Sebelum mengenakan baret ungu yang melambangkan kehormatan dan kesetiaan mereka kepada bangsa dan negara, ratusan prajurit petarung marinir ini harus melewati berbagai ujian berat yang ditempa dalam Kawah Candradimuka Marinir.
Lima tahapan latihan itu menjadi gerbang utama untuk membuktikan ketangguhan fisik, mental, dan semangat juang yang tak tergoyahkan. dimulai dari tahap dasar komando, mereka dibentuk untuk memiliki disiplin, keberanian dan ketahanan fisik yang luar biasa.
Selanjutnya, mereka diuji dalam tahap kemampuan dan ketahanan di laut, di mana mereka harus bertahan dalam kondisi ekstrem dan menguasai teknik bertempur di perairan.
Setelah itu, tahap pertempuran hutan menuntut mereka untuk memahami seluk-beluk medan, bertahan di lingkungan yang sulit, dan mengasah kemampuan survival di tengah rimba yang penuh tantangan.
Pada tahap keempat, mereka dididik dalam teknik dan taktik perang gerilya, sebuah seni bertempur yang mengajarkan mereka cara menghadapi musuh dengan strategi cerdas dan taktik yang efektif.
Puncaknya, tahap lintas medan dari Banyuwangi menuju Pantai Baruna Kondang Iwak menjadi ujian akhir yang menguras tenaga dan mental.

Perjalanan panjang ini tidak hanya menguji fisik mereka, tetapi juga memperkokoh jiwa korsa dan solidaritas antar prajurit. Hanya mereka yang mampu melewati seluruh tahapan inilah yang akhirnya layak mengenakan baret ungu, simbol kehormatan dan kebanggaan seorang prajurit Korps Marinir sejati.
Dalam amanatnya, Dankormar menekankan dunia saat ini menghadapi dinamika geopolitik yang semakin kompleks.
Ancaman keamanan maritim dan perkembangan teknologi militer modern, kata dia, menuntut prajurit Korps Marinir untuk selalu adaptif, berkompeten, dan siap hadir kapan pun negara memanggil.
Oleh karena itu, Dankomar Endi mengingatkan pendidikan dan pembaretan ini bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan panjang mereka sebagai prajurit pasukan pendarat amfibi yang profesional, militan, dan berkarakter.
“Keberhasilan kalian melewati berbagai tahap latihan ini adalah bukti ketangguhan dan tekad yang kuat. Namun ingatlah, perjalanan kalian baru saja dimulai. Jadikan kebanggaan ini sebagai motivasi untuk terus berlatih dan mengabdi dengan penuh dedikasi,” katanya.
Diketahui, pembaretan ungu untuk prajurit petarung marinir ini bukan hanya simbol, tetapi juga wujud kesiapan prajurit untuk ditempatkan di seluruh penjuru Indonesia.
Mereka akan menjadi garda terdepan dalam menjaga kedaulatan bangsa, mengemban tugas di berbagai wilayah, baik darat, laut, maupun udara. Dengan semangat pantang menyerah dan jiwa pengabdian yang tinggi, mereka siap menjadi prajurit Marinir yang profesional, modern, dan tangguh, demi kejayaan NKRI. (oed)