Hari Tani: Presiden ASPIRASI Ingatkan Pemerintah Pikirkan Nasib Petani Indonesia

Ilustrasi lahan pertanian di Indonesia. (Foto: mejakerjamodern.blogspot.com)

StarNusantara JAKARTA,- Asosiasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (ASPIRASI) menilai, nasib sektor pertanian di Indonesia semakin tak menentu, bahkan cenderung meredup.

Mulai dari lahan pertanian yang berubah fungsi menjadi perumahan, ruko, villa, hotel, pabrik, lapangan golf dan lain-lain. Lalu banyak petani yang terpaksa menjual tanahnya karena terpaksa untuk memenuhi nafkah kebutuhan hidup mereka sehari hari.

Kemudian petani yang masih memiliki lahan bertahan seadanya mengelola tanah mereka dengan susah payah, hasil pertanian yang sering gagal panen karena cuaca yang tidak menentu.

Belum lagi sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi, harga panen anjlok, tengkulak yang sudah mematok harga yang rendah dan rusaknya infrastruktur yang daat menghambat petani menjual hasil panen mereka.

“Padahal, pertanian merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja,” kata Presiden ASPIRASI, Mirah Sumirat kepada StarNusantara, Selasa (24/09).

Tidak hanya itu, Mirah yang juga Presiden Women Committe Asia Pasifik di UNI Apro ini juga menyesalkan minimnya generasi muda yang menjadi petani.

Hampir sebagian besar dari generasi muda ini lebih memilih mencari pekerjaan dengan pendidikan dan keterampilan apa adanya, tanpa jaminan sosial, status kerja tidak jelas, kontrak berkepanjangan sehingga rentan di-PHK kapan pun.

“Efek jangka panjangnya, mengancam kedaulatan pangan Indonesia. Apalagi beberapa waktu terakhir, harga beras tidak mengalami tanda penurunan dan anehnya, kehidupan petani tetap miskin,” kesal Mirah.

Oleh karena itu, di momen Hari Tani, Mirah mengingatkan pemerintah kembali memikirkan nasib petani, karena Indonesia merupakan negara agraris dan kaya akan sumber daya alam, utamanya lahan pertanian.

“Indonesia kaya, tapi rakyatnya tidak bisa menikmati kekayaan alamnya sendiri. Jangan sampai seperti pepatah bagai tikus mati di lumbung padi,” pungkas Mirah Sumirat.

Penulis: Kurniati

Connect with Us

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *