Neraca Perdagangan Juli 2024 Alami Surplus Tipis, Indonesia Masih Ekspor ke Israel dan Rusia

Ilustrasi aktivitas di pelabuhan Indonesia. (Foto: Saham Milenial)

StarNusantara, JAKARTA, – Neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2024 masih mengalami surplus sebesar USD0,47 miliar.

Hanya saja, meski masih surplus, namun angkanya USD1,92 miliar lebih rendah dibandingkan Juni 2024.

Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut surplus neraca perdagangan pada Juli 2024 ini ditopang surplus pada komoditas non migas, yakni sebesar USD2,61 miliar.

Komoditas utama penyumbang surplus Indonesia di Juli yaitu bahan bakar mineral HS27, lemak dan minyak hewan nabati HS15 dan besi baja HS72.

Menurut Pelaksana Tugas Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, nilai ekspor Indonesia pada Juli 2024 tercatat USD22,21 miliar atau naik 6,55 persen dibandingkan Juni 2024.

“Secara tahunan nilai ekspor naik 6,46 persen,” katanya saat konferensi pers di Jakarta, Kamis (15/8).

Adapun ekspor pada Juli ini didominasi komoditas bijih logam, terak dan abu yang masuk kelompok HS26 yang naik 3.973,44 persen.

BPS juga mencatat, ekspor non migas pada Juli 2024 naik 5,98 persen dengan nilai ekspor USD20,79 miliar.

Selain itu, Indonesia juga tercatat masih melakukan ekspor ke Israel dan Rusia. Ekspor kedua negara itu pada Juli 2024 juga masih mengalami peningkatan.

Ekspor ke Israel didominasi lemak dan minyak hewan nabati (HS15), beberapa produk kimia (HS38) dan alas kaki (HS64).

Sementara ekspor ke Rusia juga didominasi lemak dan minyak hewan nabati (HS15), karet dan barang dari karet (HS40) serta alas kaki (HS64).

Sedangkan nilai impor Indonesia pada Juli 2024 tercatat sebesar USD21,74 miliar atau naik 17,82 persen dibandingkan Juni 2024.

“Angka ini naik 11,07 persen dibandingkan Juli 2023,” kata Amalia.

Dia menuturkan, impor migas Indonesia mencapai USD3,56 miliar pada Juli 2024, atau naik sebesar 8,78 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Untuk impor non migas mencapai USD18,18 miliar pada Juli 2024, atau naik sebesar 19,76 persen dibanding bulan sebelumnya.

Amalia menjelaskan, meningkatnya nilai impor bulanan disebabkan peningkatan impor non migas dengan andil 16,2 persen.

“Andil peningkatan impor migas terhadap neraca perdagangan Indonesia sebesar 1,56 persen,” imbuh dia.

Penulis: Kurniati Syahdan

Connect with Us

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *