
StarNusantara JAKARTA,- Laporan SAFEnet menyatakan perempuan menjadi kelompok yang paling sering menjadi sasaran ujaran kebencian dan bahasa kasar selama Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Menurut Direktur Eksekutif SAFEnet, Nenden Sekar Arum, persentase perempuan menjadi sasaran ujaran kebencian dan bahasa kasar saat Pemilu 2024 mencapai 48,3 persen.
“Kebanyakan dari ujaran kebencian ini mengandung elemen seksisme, pelecehan seksual secara verbal dan stereotip gender yang merendahkan,” katanya saat Seminar Nasional Akuntabilitas Platform Media Sosial di Indonesia: Pembelajaran dari Pemilu 2024 di Jakarta, Selasa (27/8).
Nenden mengatakan, ujaran kebencian yang dilontarkan ke perempuan saat Pemilu 2024 seringkali berusaha mendiskreditkan perempuan berdasarkan penampilan fisik mereka, kemampuan intelektual dan peran sosial.
Bahkan dalam konteks pemilihan presiden, lanjut dia, banyak serangan ujaran kebencian yang berusaha mempolitisasi tubuh dan pilihan perempuan.
Nenden melanjutkan, selain perempuan, kelompok lain yang sering menjadi sasaran ujaran kebencian yaitu LGBTIQ sebesar 29 persen, Syi’ah dan Ahmadiyah 13,8 persen, Tionghoa 12,9 persen dan Rohingya 9,6 persen.
“Terhadap kelompok LGBTIQ, ujaran kebencian ini seringkali berakar pada prasangka religius dan norma sosial yang konservatif, menggambarkan individu LGBTIQ sebagai tidak alami, tidak moral atau bahkan sebagai ancaman terhadap nilai-nilai yang dianut penyerangnya,” jelas dia.
Bahkan dalam beberapa kasus, kata Nenden, ada advokasi eksplisit terhadap kekerasan dan diskriminasi terhadap kelompok LGBTIQ yang menujukkan tingkat intoleransi dan permusuhan tinggi.
Sementara terhadap etnis Tionghoa, tambah dia, ujaran kebencian seringkali berkaitan dengan stereotip rasial, teori konspirasi ekonomi dan xenofobia.
Laporan SAFEnet juga mencatat ujaran kebencian paling banyak dilontarkan oleh non-aktor politik dengan jumlah konten sebanyak 89,2 persen dari total konten yang dianalisis.
“Dari aktor politik yang melontarkan ujaran kebencian sebanyak 4,6 persen dan akun anonim 6,2 persen,” ungkap Nenden.
Facebook menjadi platform media sosial yang paling banyak terdapat konten ujaran kebencian, yaitu sebanyak 66 persen, diikuti TikTok 22 persen dan Instagram 12 persen, tambah dia.
Penulis: Kurniati